Hubbul Wathon Minal Iman?

Hubbul Wathon Minal Iman?
BY : Khairun Niswah

Rasanya kalimat pada judul jadi pertanyaan buat saya. Aurelia Amanda (Al-Fatihah untuknya) salah satu anggota Paskibraka terpilih asal Tangerang meninggal dunia karena adanya indikasi kelelahan. Setidaknya Saya punya dua sudut pandang setelah mencermati wawancara di Kompas TV ba'da maghrib (7/8). Latihan fisik yang berat, serta kepribadian keras beliau sendiri yang katanya justru membawa pressure dan stress tingkat tinggi. Lalu saya tarik benang merah dari judul tulisan ini 'apa itu hubbul wathon minal iman?'. Artinya, cinta tanah air adalah sebagian dari iman.

Namun sebeginikah seseorang harus mempertaruhkan nyawa sebab cinta kepada bangsa dan negara? Sebeginikah? Saya berbeda pendapat.

Sejatinya menurut saya, apapun cintanya, dasarnya haruslah cinta kepada Allah swt. Hendaknya Kita tidak lupa tujuan kita, sampai benar-benar gila melupakan hakikat hidup yang hakikatnya adalah beribadah. Saya kontra. Semestinya segala pelatihan para paskibraka pilihan negara berlatih sesuai kapasitas anak SMA. Saya tidak bisa setuju, jika keseharian para pasukan itu dipaksakan berubah menjadi ala tentara dengan segala latihan fisiknya. Mungkin memang ada karantina untuk terbiasa, namun melebihi batas kewajaran adalah tindakan tidak bijaksana.

Jangan gadang-gadang ini bukti cinta pada tanah air dan negara. Ini sudah diluar batas kemanusiaan. Para siswa bukan polisi atau tentara yang memang tubuhnya dilatih dan dipersiapkan untuk mampu berjemur di bawah terik matahari.

Saya punya pengalaman seputar paskibraka. Soal bagaimana Kita dipaksa makan-makanan dengan susunan lauk yang membuat ingin muntah, dihitung waktunya, disuruh berlari secepat-cepatnya kembali ke barisan. Jika tidak, push up di bawah terik dan berbagai hukuman pada kesalahan yang kadang tak kita lakukan siap mendisiplinkan. Saya selalu bertanya-tanya dalam hati dan sekarang saya ingin meledak, 'apakah mencintai tanah air harus seperti ini?'

Prosa cinta seperti ternodai bagi Saya. Bahkan Tuhan, Allah SWT-pun yang jadi sembahan satu-satunya, yang paling berhak dan menjadi landasan semua cinta di dunia, rasanya tidak sebegini menyiksa! Tidak pernah ada perintah melampui batasan diri untuk membuktikan cinta. Harusnya dengan kemampuan masing-masing, bukan dipaksa. Lalu siapakah mereka yang menyuruh cinta negara dengan berbagai macam siksa? Tentu. Tidak seperti seharusnya.

Saya kontra dengan Paskibraka, bila didikan Mereka soal cinta pada Ibu Pertiwi membuat Mereka seakan Tuhan yang harus selalu dituruti. Saya kontra jika latihan-latihan fisik tak manusiawi ini terus berjalan di sekolah-sekolah. Saya kontra jika ini yang negara sebut sebagai cinta. Saya kontra, jika cinta seperti ini membodohi, menyiksa, menyita waktu dan tenaga dan berhasil membuat nyawa melayang sia-sia.

Mari, semua pihak, kaji lagi bagaimana cara mencintai.

Belum selesai soal cinta pada negara. Justru ada masalah berbau SARA. Sekaitan dengan SOP ideologi katanya. Agaknya Indonesia benar-benar anti pada kejahatan yang bahkan dominasinya adalah di dalam hati dan keyakinan masing-masing orang.

Indonesia alergi, mungkin gatal-gatal dan iritasi sampai ketakutan begitu ada isu soal bendera bertulis kalimat Tauhid yang sebingkai dengan salah satu calon tentaranya. Tersebutlah Enzo Zeenz Allie, blasteran Sunda-Perancis yang sudah memberi bukti cintanya pada negara. Ia masuk Akademi Militer di daerah Magelang Jawa Timur. Pernah mengenyam pendidikan di salah satu Psantren di Serang Banten, Al-Bayyan.

Namun meski sudah mendaftar Akmil, cintanya pada negara diragukan. Gagara simbol-simbol Islam yang ditakutkan, Enzo harus mengalami pemeriksaan. Mari berkaca pada kasus mendiang Aurel. Ada sebuah kesamaan menurut saya. Dimana lagi-lagi, Negara gagal menerima cinta warga negaranya. Latihan fisik para paskibra sudah tentu menanamkan cinta negara. Namun membawa petaka bagi beliau. Pun Enzo yang tidak memilih mengikuti darah Perancis sang Ayah, harus menelan kenyataan bahwa cintanya diragukan karena simbol-simbol Islam yang membuat Negara ketakutan.

Saya penasaran dengan negara ini!

Saya tidak habis pikir dengan negara ini!

Kenapa cinta-cinta rakyatnya yang sudah jelas seperti mendiang Aurel yang rela berlatih sampai kehilangan nyawa, cinta Enzo yang tentu saja, kalau memang Ia bagian dari ideologi yang menantang negara, mana mau sih Enzo mendaftar Akademi Militer Negara Republik Indonesia? Kenapa sih? Ada apa dengan negara ini?? Kenapa cinta Mereka jadi tidak tepat sasaran begini?

Saya sarankan pada para pembaca. Tolong belajarlah cinta kasih dari agama Anda. Kita bukan komunis. Kita punya nurani yang menyuruh kita menjadi manusia seutuhnya. Jangan buat negara ini makin aneh karena cinta. 

Salam, dari seorang yang khawatir karena negara yang dicintainya mulai berubah..



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jangan pandang

Resume Buku "Robohnya Dakwah di Tangan Da’i"

Nikmatnya Menghafal