Resume Buku "Robohnya Dakwah di Tangan Da’i"
Resume Buku
“Robohnya Dakwah di Tangan Da’i”
Oleh:
Linda Dwiyanti
(Kepala Divisi Edukasi BEMP PAI
2018)
Ustadz Fathi Yakan adalah sosok yang
banyak menghabiskan hidupnya di lapangan dakwah dan melihat bahwa gerakan
dakwah telah marak digerakkan oleh para aktivisnya. Lembaga dakwah dengan
berbagai kecenderungan muncul di mana-mana, baik yang hadir secara formal
maupun informal telah memberikan kegembiraan dan nuansa tersendiri. Namun
bersamaan dengan itu, muncul pula realitas lain yang dapat menghambat laju
gerakan dakwah dan tak lain justru lahir dari internal gerakan dakwah itu
sendiri. Menurut hemat penulis, adapun penyebabnya adalah:
1.
Hilangnya Mana’ah I’tiqadiyah
(Imunitas Keimanan)
Imunitas keimanan yang hilang akan menyebabkan bangunan di atas pondasi
pemikiran dan prinsip yang benar tidak mampu berdiri dengan tegak. Adakalanya
sebuah organisasi hanya berwujud organisasi tokoh yaitu organisasi yang tegak
di atas landasan loyalitas kepada pemimpin yang diagung-agungkan. Tidak hanya
itu, ada pula organisasi figur yaitu berupa organisasi yang dibangun di atas
bayangan figur seseorang atau organisasi kepentingan yang hanya berorientasi
pada materi semata. Tidaklah heran apabila bangunan organisasi itu menjadi
lemah dan rapuh serta tidak mampu menghadapi kesulitan dan tantangan zaman
serta mudah tercerai-berai.
2.
Perhatian Tertuju Hanya Pada Segi
Kuantitas
Salah satu hal yang paling sering terjadi dalam organisasi dakwah
adalah kebanggaan dan perhatian terhadap kuantitas. Bilangan anggota seringkali
menyibukkan dan menguras perhatian para pemimpin. Seringkali packaging dan proses yang baik hanya dilakukan
pada saat rekrutmen tetapi aspek pembinaan yang sangat berpengaruh terhadap
peningkatan kualitas kader seringkali terabaikan. Banyak yang beranggapan bahwa
jumlah yang banyak selalu menjadi penentu sebuah kemenangan. Tetapi di lain
pihak, jumlah yang banyak juga seringkali menjadi pemicu setiap problem dan
pembakar api pertikaian.
Cukuplah sebagai bukti apa yang terjadi di perang Hunain, tatkala
pasukan Islam berbangga dengan jumlah pasukan yang besar.
“Dan
ingatlah Perang Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya
jumlahmu. Maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit
pun dan bumi yang luas ini terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang
dengan bercerai-berai” (At- Taubah: 25)
Perang Hunain pun menjadi saksi hancurnya kuantitas yang dibarengi
dengan penyakit sejenis riya dan takabur. Berbeda hal dengan Perang Badar yang
dimenangkan oleh pasukan Islam dengan jumlah personil yang sedikit karena
mengedepankan aspek kualitas dan ruhiyah yang baik.
3.
Tidak Ada Keamniahan Dalam
Dakwah
Berbicara tentang dakwah berarti berbicara tentang strategi.
Seringkali para da’i tidak menyadari bahwa tidak semua hal dapat diketahui oleh
khalayak umum baik proses ataupun orang yang terlibat. Contohnya adalah saat
mendapat SMS berupa ta’limat dari Murabbi dengan kalimat “HANYA
UNTUK ANTUM”. Ternyata banyak da’i yang masih tidak bisa menjaga kerahasiaan
yang telah dibentuk sehingga musuh dapat dengan mudah “membaca” gerak yang
telah dipersiapkan serta membongkar aktivitas gerakan dakwah.
“Hai orang-orang yang beriman, ambillah kewaspadaan lantas majulah
berkelompok-kelompok atau bersama-sama (An-Nisa: 71)”
4.
Tidak Sabar Dengan Budaya Proses
Hasan Al-Banna pernah berkata, “Sesungguhnya kepahlawanan itu
hanya dapat terlihat melalui kesabaran, ketahanan, kesungguhan dan kerja yang
tak mengenal lelah. Barang siapa di antara kalian yang tergesa-gesa ingin
menikmati buah sebelum masak atau memetik bunga sebelum mekar, maka saya tidak
bersamanya sejenakpun. Ia lebih baik minggir dari dakwah ini untuk mencari medan
yang lain”.
Perubahan Islam yang terjadi di masyarakat bukanlah hal yang mudah
dan dapat ditempuh dalam waktu singkat. Faktor waktu memiliki kedudukan
tersendiri dalam setiap aktivitas perubahan, bahkan meskipun sekadar langkah
perbaikan. Perubahan Islam dalam bentuknya yang khusus bukan sekadar masalah
memperindah dan mengubah bentuk, tetapi ia mengganti dengan realitas baru,
termasuk prinsip-prinsip aqidah, pemikiran, dan juga budaya.
5.
Budaya Akhlak Yang Buruk
Salah satu faktor yang merusak barisan adalah akhlak buruk yang
masih ada dalam diri para da’i seperti suka menggunjing, mengadu domba, su’udzan,
fitnah, dengki, banyak bicara, dan tersebarnya itu semua tanpa kendali dengan
alasan memperbaiki keadaan melalui amar ma’ruf nahi mungkar.
6.
Tidak Tsiqah (Taat) pada Qiyadah
Sebuah gerakan apapun namanya apabila memiliki ketsiqahan
yang bercabang dengan pihak lain, maka akan menjadi gerakan potensial yang
melahirkan pertikaian dan memunculkan ambisi-ambisi pribadi.
7.
Tidak Professional Dalam Manajemen
Melihat lemahnya manajemen pada bangunan organisasi menyebabkan
keringnya keyakinan baik di tingkat anggota maupun pemimpin. Di samping itu,
beban dakwah baik material maupun spiritual begitu berat sehingga akhirnya
menjadi bangunan yang rapuh dan pintu-pintunya terbuka lebar.
8.
Rendahnya Pemahaman Politik
Hal ini terkadang menjadi faktor penyebab lepasnya elemen-elemen
bangunan dan kehancurannya. Sebuah gerakan di mana saja apabila tidak memiliki
kesadaran politik yang tinggi dan baik, maka tidak bisa hidup dan mengimbangi
zaman.
Lantas, bagaimana menjaga bangunan dakwah?
1.
Berjamaah Atas Dasar Takwa
Menegakkan bangunan atas dasar takwa kepada Allah SWT pada seluruh
elemennya adalah suatu keharusan. Selain aktivitas tarbawi (pendidikan),
maka aktivitas siyasah (politik) pun mesti dibangun atas dasar takwa.
“Maka
apakah orang-orang yang mendirikan bangunannya di atas dasar takwa kepada Allah
dan keridhaan–Nya itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan
bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama
dengan dia ke dalam Neraka Jahanam? Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada
orang-orang yang zhalim” (At-Taubah: 109)
Gerakan dakwah yang mampu menjaga nilai-nilai ajaran Allah dan
takwa kepada-Nya, maka gerakan dakwah tersebut akan menjadi gerakan yang mapan
dan kukuh pijakannya.
2.
Tingkatkan Amalan Yaumiah
Amalan yaumiah merupakan sumber energi utama bagi gerakan
dakwah. Ibaratkan sebuah motor, apabila akan menempuh perjalanan yang jauh maka
motor pun akan diisi dengan bensin yang banyak. Begitu pula dengan kegiatan
dakwah, semakin banyak aktivitas yang digarap, maka seharusnya semakin dekat
pula lah kita kepada Allah dengan memperbanyak amalan yaumiah.
3.
Perbaiki Akhlak
Di dalam perjalanan dakwah seringkali terdapat perselisihan dan
pertentangan. Hendaknya dalam penyelesaian masalah tersebut tetap menggunakan
adab, etika dan sesuai pada forumnya sehingga tetap menjaga kehormatan saudara
kita.
4.
Berlaku zuhud sebagai Qiyadah
“Zuhudlah
kamu akan harta dunia, niscaya Allah akan menyukaimu. Zuhudlah kalian akan
apa-apa yang ada di tangan orang. Niscaya orang akan mencintaimu”
(HR.
Ibnu Majah)
5.
Mempererat Ukhuwah
Persaudaraan
Ukhuwah (persaudaraan) merupakan elemen bangunan yang paling kuat dan
faktor cukup berpengaruh dalam pertahanan internal.
“Seorang mukmin bagi mukmin yang lain laksana bangunan yang saling
mengukuhkan antar sesamanya” (HR. Bukhari)
6.
Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Amar ma’ruf berarti memerintahkan keutamaan
dan kemuliaan akhlak secara lisan maupun tindakan. Sedangkan nahi mungkar
berarti mencegah perbuatan keji dan merusak baik secara lisan maupun tindakan.
Beberapa cara yang merupakan amar
ma’ruf nahi mungkar dalam gerakan dakwah adalah:
a)
Menjaga mekanisme syura
Syura (musyawarah) dalam mengambil keputusan dapat menjauhkan rasa
egoisme, kediktatoran dan menyaring emosi dari masing-masing anggota syura.
b) Tingkatkan manajerial organisasi
Seluruh aktivitas hendaknya ditegakkan di atas perencanaan dan
manajemen dengan melibatkan seluruh anggota dalam memikul tanggung jawab.
7.
Menjaga Keseimbangan Dakwah
Amal islami ditegakkan di atas prinsip saling melengkapi dan
seimbang. Aktivitas pendidikan (tarbiyah) wajib memperoleh perhatian
istimewa betapapun dinamisnya aktivitas kehidupan secara umum. Bila aktivitas tarbiyah
ini mengalami kemacetan, maka akan terlihat dampak negatif dalam bangunan
gerakan dakwah.
8.
Menjaga Aspek Pembinaan
Salah satu penyebab hancurnya berbagai kelompok Islam adalah
lemahnya pembinaan. Dalam hal ini terlihat saat lemahnya sang murabbi
(pendidik) dalam membina dan acuh tak acuhnya mutarabbi dalam proses tarbiyah.
Lemahnya aspek pembinaan ini akan mengancam kualitas takwa anggota dan menjadi
lahan subur bagi tumbuhnya penyakit hati yang dapat memecah belah kehidupan
berjamaah.
Semoga Allah tetap menjaga keistiqamahan kita dalam mengemban
amanah di jalan dakwah ini.
Sumber: Robohnya Dakwah Di Tangan Da’i (Fathi Yakan)
Komentar
Posting Komentar