FILOSOFI TERAS : JALAN MENUJU KEDAMAIAN


FILOSOFI TERAS : JALAN MENUJU KEDAMAIAN
RESUME BUKU
Oleh:  MUHAMMAD ANDIKA
 
Filosofi teras dalam dunia akademis dikenal dengan istilah stoisisme atau  di indonesia dikenal dengan filosofi teras, penganut aliran dari filosofi ini dikenal dengan “kaum stoa”. Berbeda dengan aliran filsafat yang lainnya, aliran ini mengajarkan panduan dan nilai-nilai praktis yang membantu kita untuk hidup  lebih baik dengan membuang pikiran-pikiran dan tindakan-tindakan yang bermuatan negatif. Aliran filsafat ini semacam ajaran universal karena dapat dianut oleh siapapun bersifat bebas nilai, dalam arti memiliki muatan netral terhadap agama, ideologi, rasial, kesukuaan dan lainnya. Aliran filsafat ini cenderung untuk mengakomodir ajaran-ajaran yang ada saat ini, seperti bisa kita lihat tentang bagaimana agama dapat membuat seseorang mencapai ketenangan batin sehingga kehidupan seseorang terasa lebih tenang. aliran filsafat ini yang mengajarkan kepada seseorang untuk bertindak “selaras dengan alam” menghindari apa yang membuat seseorang menuju jalan kesengsaraan.

Kemunculan filosofi teras bermula kira-kira 300 tahun sebelum masehi atau sekitar 2.300 tahun yang lalu, seorang pedagang kaya dari siprus (sebuah pulau di selatan turki) bernama Zeno melakukan perjalanan Phoenicia ke peiraerus dengan kapal laut melintasi mediterania. Zeno membawa barang dagangan khas daerah phoenicia, yaitu semacam pewarna tekstil berwarna ungu yang sangat mahal sebat sering dipakai untuk mewarnai jubah raja. Pewarna ini dibuat dari ekstrak siput laut yang peroses pembuatannya sangat melelahkan, karena ribuan siput laut ini harus dibuka dengan tangan hanya untuk mendapatkan beberapa gram esktrak pewarna karena hal ini pewarna itu menjadi mahal. Sayangnya saat dalam perjalanan untuk mengirim barang dagangannya menggunakan kapal mengalami karam menyebabkan kapal dan seisinya menjadi ikut tenggelam. Akibat peristiwa itu zeno harus terdampar di athena, barang-barang mahalnya tenggelam ditambah lagi harus menerima kenyataan bahwa dia berubah menjadi orang asing di kota orang. Perjalanan zeno menjadi seorang filsuf dimulai ketika dia berkunjung ke toko buku sampai suatu ketika dia bertanya kepada toko buku tentang keberadaan penulis buku itu, kebetulan seorang filsuf bernama crates hadir dekat toko buku itu, dalam pertemuan itulah akhirnya zeno belajar filsafat kepada crates. Dalam proses belajarnya dia pun banyak belajar dari filsuf lain, yang pada akhirnya dia bisa mengajar filsafatnya sendiri. Filsafat ini sendiri dianut mulai dari budak sampai raja sebut saja Seneca, Epictetus, bahkan sorang kaisar bijak bernama kaisar Marcus Aurelius yang dijuluki sebagai “the five good emperors”. 

Filsafat stoisisme memiliki beberapa tujuan yang pertama adalah hidup bebas emosi negatif, seperti marah, sedih, iri, dan yang lainnya. yang kedua hidup mengasah kebajikan yang memiliki empat nilai yaitu kebijaksanaan, keadilan, keberanian, dan menahan diri. Kaum stoa percaya bahwa hidup bahagia bukan datang dari hal-hal yang datang dari luar kendali kita seperti kekayaan, jabatan, bermewah-mewahan tetapi kebahagiaan datang dari penerimaan seseorang terhadap apa yang terjadi padanya, dengan menghindari diri dari emossi negatif serta melakukan hal-hal yang bisa kita lakukan merupakan sebuah kebahagiaan yang dianut oleh kaum stoa. Selain menghindari emossi negatif kaum stoa juga melakukan pengendalian diri dengan melakukan latihan mengatasi emossi untuk menggapai sebuah kebahagiaan, indikator kebahagiaan ini berupa ketenangan batin dalam hal ini menghindari selaga macam emossi negatif/perasaan menganggu. Kaum stoa percaya bahwa kebahagiaan dan sebuah permasalahan timbul akibat persepsi dalam diri sendiri, sebuah kejadian sejatinya bersifat nertal hanya interpretasi atau persepsi kita yang membuat hal itu menjadi masalah atau tidak. Selanjutnya bahwa filsafat stoisisme mengajarkan untuk mendapatkan kebahagiaan dapat tercapai manakala seseorang hidup selaras dengan alam, para penganut stoa beranggapan bahwa dunia ini memiliki mekanismenya tersendiri, sehingga bila seseorang ingin hidup bahagia maka dia tidak boleh berlawanan dengan alam. Contoh saja manusia tidaklah boleh merusak alam seperti membuang sampah sembarangan, menebang pohon, mencemari udara dengan polusi. Karena dengan ini manusia telah bertentanggan dengan alam sehingga kaum stoa percaya bahwa alam bisa marah, diakibatkan manusia telah melanggar mekanisme alam yang ada. Ajaran filsafat stoa sangatlah relevan untuk dianut oleh manusia moderen dimasa-masa yang sulit saat ini ditengah persaingan global yang membuat manusia perlu menyesuaikan dengan hiruk pikuk perkotaan, dengan ajaran ini seseorang bisa hidup lebih tenang seperti ketika seseorang mengalami depresi akibat kebangkrutan, maka stoisisme mengajarkan kita untuk menerima kondisi yang ada serta tidak mengeluhkan tentang masalah yang terjadi. Filsafat stoa juga mengajarkan kita untuk menjadi pemimpin setidaknya menjadi pemimpin untuk diri sendiri, membekali kita minimal agar tidak diperbudak dengan hal-hal yang tiada habisnya kesenangan yang ada di dunia ini.

Permasalahan yang kita hadapi bagi kaum stoa bersifat netral saja penyebab menjadi masalah adalah interpretasi kita sendiri. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan Marcus Aurelius dalam (meditations) Ia menulis “jika kamu merasa susah karena hal eksternal, maka perasaan susah itu tidak datang dari hal tersebut, tetapi oleh pikiran/persepsimu sendiri. Dan kamu memiliki kekuataan mengubah kekuataan untuk mengubah pikiran dan persepsimu kapan pun juga.” Kebahagiaan dan datang dari hal-hal yang bisa dikendalikan, yaitu pikiran, persepsi dan pertimbangan diri sendiri, kebahagiaan tidak bergantung pada hal-hal eksternal. Untuk bisa menjadi manusia yang bahagia maka kita harus bisa mendayagunakan nalar dengan baik sehingga tindakan kita terjadi karena pertimbangan-pertimbangan yang rasional. Emosi negatif yang kita alami adalah buah dari interpretasi otomatis kita atas sebuah peristiwa, misalnya kita kehilangan uang lantas kita berkeluh-kesah  sekaligus menyalahkan keadaan yang ada diluar kendali kita, seperti menyalahkan kantong celana rendah, orang di rumah yang menyebalkan bahkan terkadang agama pun menjadi sasaran interpretasi otomatis ini, untuk itu filosofi teras mengajarkan kita untuk tidak berbuat seperti, yang kita lakukan adalah menerima bahwa uang yang ada dalam diri kita telah hilang karena keteledoran kita sendiri. Dalam interpretasi otomatis tadi terdapat sebuah respon yang bisa dikatakan “ lebay” artinya proporsi antara masalah dengan tindakan yang muncul jauh dari kata seimbang. Untuk itu dalam hal ini kita harus memperhatikan beberapa hal bahwa sesuatu yang kita alami tidak banyak mengalami perubahan, dalam hal ini yang berkenaan dalam hal perasaan manusia seperti marah, sedih, takut, kehilangan seseuatu dan lain-lain, perasaan tersebut telah dialami oleh milyaran orang dari masa ke masa, kita harus menyadari bahwa perasaan tersebut merupakan sesuatu yang “biasa saja” tidak ada yang perlu diratapi apalagi dibesar-besarkan. 

Selanjutnya ketika kita tertimpa sebuah masalah kita harus melihat bahwa masalah yang kita hadapi belum sebasar yang dialami orang lain, yang perlu kita lakukan adalah melihatnya dari atas, dalam arti kita melihat sebuah masalah kita sebagai sesuatu yang lebih kecil dari orang lain, seperti kita melihat manusia dari ujung gedung pencakar langit, bukankah banyak manusia ? kita hanya sebagian kecil dari mereka maka sebuah permasalahan tidak perlu dibesarkan-besarkan. Dan kita harus ingat bahwa semua yang kita alami pada dasarnya cenderung akan terlupakan, seperti kita mengalami sebuah kejadiaan tidak mengenakan katakanlah kita difitnah, jika kita cermat mengambil pelajaran bahwa apa  yang kita alami akan cenderung untuk dilupakan bahkan kita sendiri sering tidak meyadari bahwa kita pernah tertimpa masalah tersebut, Marcus Aurelius dalam meditations mengatakan ” jika pada akhirnya segala drama hidup kita akan dilupakan dan terlupakan, bahkan mungkin oleh kita sendiri, apakah susah sepantasnya kita bersikap berlebihan terhadap sebuah peristiwa.” Yang menjadi kunci dari hal ini adalah rasa kesadaran kita, jika kita merasa sadar bahwa yang kita lakukan itu lebay dan telah merenggut akal sehat kita, maka kita harus cepat untuk mengambil tindakan agar tidak melebar menjadi perbuatan yang irasional.

  Selain melakukan hal-hal yang telah disebut diatas, maka filosofi teras mengajarkan kita pada suatu metode unik bernama”imunisasi mental”, dalam hal ini kita bersiap bahwa kita akan tertimpa hal-hal yang kita tidak inginkan seperti kesialan atau kemalangan. Hal ini dituturkan oleh marcus aurelius, dia berkata “awali setiap hari dengan berkata pada diri sendiri : hari ini saya akan menemui gangguan, orang-orang yang tidak tahu berterima kasih, hinaan, ketidaksetiaan, niat buruk, keegoisan- semua itu karena pelakunya tidak bisa mengerti mana yang baik dan mana yang buruk. Saya tidak bisa disakiti oleh itu semua, karena tidak ada orang yang bisa menjerumuskan saya ke dalam perbuatan buruk, dan saya mampu untuk tidak menjadi marah atau membenci sesama saya, karena sesungguhnya kita dilahirkan ke dunia ini untuk bekerja sama (meditations). Cara ini mirp seperti dengan imunisasi, dengan memasukan kuman dengan takaran tertentu kedalam tubuh yang bertujuan untuk menstimulus agar, suatu ketika penyakit yang tidak diharapkan muncul diharapkan badan seseorang akan kuat untuk melawan kuman yang sesungguhnya. Ajaran ini ditujukkan untuk siap menghadapi kemungkinan yang akan terjadi, hal ini ditujukkan untuk mengantisipasi ketidaksiapan kita dalam menghadapi peristiwa yang terjadi diluar kendali kita. Selain itu ajaran ini bertujuan untuk meminimalisir emossi negatif sehingga efek yang ditimbulkan yang tidak diharapkan lebih berpeluang kecil untuk timbul. 

Selain itu yang perlu dilakukan adalah “jangan ribet” ,ilosofi teras mengajarkan kita untuk fokus pada penyelesaian masalah bukan malah fokus pada masalah yang telah terjadi. Seperti ketika kita ban motor yang kita tumpangi bersama dengan teman baik kita mengenai paku yang ditebar dijalan, maka yang perlu kita lakukan adalah mencari solusi dengan mencari tukang tamban agar perjalanan yang kita tempuh menjadi lebih cepat dan lebih tenang, tapi yang biasa dilakukan adalah kita akan mengumpat pelaku paku yang jelas-jelas tidak ada di tempat, atau minimal menyalahkan keadaan karena dianggap telah memperhambat perjalanan yang ada, respon yang muncul seperti itu telah memberikan tenaga dua kali lipat, selain kita harus mendorong motor ditengah cuaca  panas bersamaan dengan umpatan yang membuat bibir kita terasa haus karena banyaknya ucapan  yang dilontarkan. Maka dari itu kita harus fokus untuk mencari jalan keluar serta menerima keadaan bahwa motor yang telah kita tumpangi terkena paku serta maafkan pelakunya anggap saja waktu yang terpakai saat itu, digunakan untuk rehat sejenak sembari mengobrol dengan teman kita.

Selain itu banyak lagi metode yang dapat dipergunakan manusia modern saat ini untuk hidup dengan kualitas yang lebih baik, pada kesimpulannya seseorang haruslah hidup menggunakan nalar dan akal budinya, serta meminimalisir emossi negatif yang jelas-jelas sangat merugikan manusia sehingga manusia lebih tenang dan fokus dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jangan pandang

Resume Buku "Robohnya Dakwah di Tangan Da’i"

Menuju 2019 : Napak Tilas Konstelasi Pemerintah Sebelumnya