Jangan pandang


Jangan pandang
Sedikitpun
Ia hanya sosok bayang
Cintanya embun
Sejuk memang,
Namun hanya dikala pagi
Belum tentu kutemuinya
Dikala terik mentari

Ah, sial.
Aku benci jadi bodoh
Aku benci jadi rindu
Sendiri.
Setiap hari.
Menunggunya menyapa.
Menunggu dan tak datang sapanya.

Malu, parah.
Rasa itu fatamorgana
Terlalu ilusi.
Terlalu khayal.
Karena ku tahu
Diriku cuma
Tempat singgah
Satu dari banyak.
Yang pernah Ia kunjungi


Entah kapan kembali
Entah mungkin gugur
atau berbunga
Entah yang mana.

23 Mei 08.50

-P. F.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Buku "Robohnya Dakwah di Tangan Da’i"

Nikmatnya Menghafal