Pencarian Rumpang

Pencarian Rumpang
Oleh : Asrul Hasibuan

Aku mencari-cari apa yang rumpang
Yang kian hari meniupkan segala gersang
Yang meranggas dedaunan; yang hanya meninggalkan
ranting dan batang
Aku berpikir dalam, “Ada apa gerangan?”
Apa dan siapa yang harusnya mengisi sesuatu yang
rumpang-berlubang?
Apakah?
Siapakah?

Pada malam aku tanyakan,
Awal-awal ia melantarkan aku tanpa jawaban
Sebagaimana anak kecil yang tak tahu dimana ibunya;
kehilangan
Malam-malam berikutnya,
Dimana bumi dihujan;
Malam itu, bumi, tambah-tambah ia rupawan;
Setelah mendapat sentuhan cahaya rembulan;
Sisa tampias air hujan di jendela memendar cahaya
rembulan;
Seolah membawa suatu pesan;
Sesuatu yang membangunkan kesadaran;
Atau pun pertanyaan yang juga memburu jawaban
Perlahan embun itu beringsut; kering; tak kelihatan
Namun,
Ia meninggalkan jejak-jejak yang siap kembali dihujan
‘Tuk mengingatkan,
Agar, terusku buru jawaban-jawaban
Tampias-tampias hujan yang mengetuk-ngetuk
bersaksi dengan nada-nadanya kemudian

Ialah kamu yang entah;
Yang entah dimana;
Yang boleh jadi menjawab ‘Apa’ dan ‘Siapa’ dari
daftar-daftar pertanyaan
Apa?
Ah, entah
Apa yang mendekatkan pada Rabb Semesta?
Pada Zat yang membuat Sayydina Muhammad tak
sejengkal pun mundur,
“Andai matahari diletakkan di tangan kananku,”
jawabnya tegas, lantang
“dan rembulan di tangan kiriku,” lanjutnya
Pemilik wajah Rupawan; Muhammad yang
dinantikan dan kemudian dirindukan, menegaskan,
Sesekali keyakinannya tidak akan ia tanggalkan
Sesekali ia tak akan mundur; sekali pun perlahan
Apa aku harus percaya pada kombinasi fenomena
alam yang mengagumkan?;
Rembulan yang menyala-nyala pada malam selepas
hujan
Pasalnya, aku terlanjur dengannya akrab berkawan
Lantas, kenapa itu kunafikkan?

Ah, ya! Beruntungnya aku;
Ia genapkan sesuatu yang rumpang itu;
Yang katanya jawaban dari ‘Apa’ dan ‘Siapa’ itu
bertalian;
Tak terpisahkan
Katanya memberi kesaksian,
Ialah denganmu; yang ‘kan berikhtiar menggenapkan
jawaban
Setelah ‘Apa’ ku temukan
Dan ‘Siapa’-ku rindukan dan bersatu kemudian
‘Apa’ yang merupa keyakinan
Ialah yang nantinya sesuatu yang saban hari kita
perjuangkan;
Dengan penginsafan yang kelak kita lakukan;
Dengan kalimat-kalimat taubat yang kelak dalam
rumah kita rapalkan;
Dengan ikhtiar-ikhtiar yang juga sadar soal
ketawakalan;
Dengan safari-safari keilmuan

Hingga,
Rindu yang rumpang;
Rindu yang entah
Menjadi rindu yang selalu mengembang
Karena ia bening; dari Rabb yang Muhammad sembah
Adakah pemilik rindu semisal ini selain aku?
Kamu, kah?
Jika kamu yang ‘kan berdua denganku berkelena
menemukan ‘Apa’,
Ku tembangkan puisi-puisi ini untukmu, karena satu;
Aku rindu...


Di Larangan, pada senja menjelang
Ramadhan yang dirindukan, 24 April
2019

Asrul Pauzi Hasibuan,

Yang menghitung-hitung rindu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jangan pandang

Resume Buku "Robohnya Dakwah di Tangan Da’i"

Nikmatnya Menghafal