ISIS: Satu Sisi Yang Telah Dilupakan

ISIS: Satu Sisi Yang Telah Dilupakan
Oleh: Ridwan Arifin Shoheh

Apa yang dapat kita pahami setelah kata “ISIS” sempat mengemparkan dunia? Tentunya sikap radikal, intoleransi, bahkan terorisme yang menjadi labelling begitu kuat disandarkan untuknya, ISIS. Islamic State of Iraq and Suriah ini memberi pengaruh besar atas lahirnya berbagai paham yang eksklusif dan ekstrimis.

Lahirnya berbagai harakah/kelompok-kelompok islam yang menjunjung tinggi simbolis agama, bahkan mendeklarasikan diri rela mati untuk menegakkan Daulah Islamiyah lantaran sebatas esensi bukanlah substansi yang seharusnya menjadi landasan pokok sebagai prinsip utama.

Pemahaman islam menurut versinya ini sebetulnya memiliki dua sisi yang berbeda. Memahami kedua sisi inilah memberi efek pandangan yang komprehensif dan bukanlah tertuju pada bentuk part tertentu. Namun, menjadi timpang ketika seseorang memahami hanya pada satu sisi yang cenderung dominan dan menafikan sisi yang lainnya. Maka daya tangkap dan kepekaan terhadap informasi dan pemahaman agama secara luwes mesti diterapkan. Sehingga tidak terkesan kaku dan menghindari sikap saling menyalahkan.

Sisi pertama, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mendefinisikan bahwa ISIS mucul akibat efek domino krisis politik di Timur Tengah atau dikenal dengan istilah Arab Spring. Kondisi sosial dan politik di Timur Tengah memberi kontribusi tidak langsung bagi muncul dan berkembangnya ISIS. Hemat penulis, gerakan ini muncul karena bentuk perlawanan terhadap rezim Bashar Al-Assad dan rezim-rezim lainnya.

Memanfaatkan dasar keyakinan universal sebagai tunggangan mencapai suatu hal itu terbilang efektif. Bercermin kepada Khilafah Turki Utsmani yang tumbang pada tahun 1924. Dimana keruntuhan ini berdampak atas keterpurukan umat Islam lebih dari 13 abad lamanya, baik dalam bidang politik, ekonomi, budaya, militer, ilmu pengetahuan dan terknologi maupun yang lainnya. Di samping itu, ekspansi Barat terhadap dunia islam menjadi asumsi kuat mendorong kelompok umat Islam kembali terhadap sistem pemerintahan Islamiyah yang pernah sampai kepada kejayaan di masa silam. Dengan demikian, menjadi isu pergerakan Islam dengan misi dan agenda politik membangun kembali Daulah Islammiyah Internasional, ISIS. Kemudian tersebar kepenjuru dunia bagian Timur Tengah bahkan sampai ke Indonesia.

Sisi kedua, setiap umat beragama sudah barang tentu membanggakan agama yang diyakini. Tentunya didasarkan atas keotentikan sejarah yang menjadi daya subur suatu ideologi. Ideologi agama secara serentak mengajarkan prinsip-prinsip nilai kebaikan. Mustahil jika sebuah agama itu lahir untuk memperbudak pemeluknya sebagai ajang memperluas kekuasaan. Padahal islam datang sebagai freedom dari ketidaksetaraan gender, perlindungan terhadap hak-hak perempuan, serta memberikan keluwesan bagi siapapun yang hendak melakukan peribadatan.

Berdasarkan sejarah, islam tersebar ke penjuru dunia bahkan sampai kepada puncak kejayaan yang sampai saat ini diidamkan dapat terulang. Kejayaan tersebut tercapai karena ekspansi wilayah melalui gencatan senjata terhadap siapapun yang tidak menerima seruan kebenaran islam. Lebih parah lagi, Utusan Tuhan menjadi bahan olok-olokan, menganggap dirinya hanyalah sebatas orang gila. Namun pada akhirnya menjadi boomerang bagi mereka yang membangkang. Inilah menjadi bukti bahwa dakwah islam dilakukan secara tegas. Sebagaimana yang telah dilakukan Sayyid Abu Bakar Ash-Shiddiq terhadap pembangkang (murtadin).

Namun ada hal yang terlupakan, bahwa islam tersebar tidak hanya melalui peperangan dan angkat senjata. Diplomatisasi yang dilakukan Rasulullah terhadap pembesar kabilah Thaif membuahkan hasil para kaumnya mengabdikan diri sebagai seorang muslim. Cermin ini menjadi dasar santun dalam menyebarkan agama islam. Tentu lebih bermakna dan tentram dakwah Islamiyah tersampaikan melalui perdamaian.

Dengan demikian, kedua sisi inilah yang mesti kita pahami agar tidak tereduksi paham-paham intoleransi, radikalis, serta terorism. Berusaha memahami definisi dari berbagai sisi dan dapat membedakan mana yang disebut semangat dakwah islami sebagai kemakmuran bagi seluruh alam (rahmatan lil’alamin) itu sendiri dan mana yang dinamakan semangat dakwah islam yang didasari  atas kepentingan politik dan kepuasan kelompok-kelompok tertentu.


➖➖➖➖➖➖➖➖➖
© DIVISI KOMINFO BEMP PAI 2019/2020
© BEMP Pendidikan Agama Islam 2019/2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jangan pandang

Resume Buku "Robohnya Dakwah di Tangan Da’i"

Nikmatnya Menghafal