Bergerak Pasti, Bermanfaat Mesti
Bergerak Pasti, Bermanfaat Mesti
Oleh : Ihsan
Pernyataan ini mungkin banyak kita dengar di telinga kita, tentang sebuah opini mereka yang berpandangan realistis-simplistis. Atau dengan ucapan-ucapan lainnya, yang pada intinya mereka lebih melihat pada apa yang mereka butuhkan untuk diri mereka, singkatnya mementingkan egosentris semata. Sah-sah saja perkataan mereka yang demikian, tak ada yang patut diperdebatkan apalagi menyalahkan. Namun, sedikit argumen yang ingin penulis sampaikan, bahwa baik mereka yang bergerak untuk orang lain maupun yang hanya bergerak untuk dirinya sendiri, sejatinya mereka telah sama-sama bergerak.
Mengapa akhirnya penulis ungkap demikian, karena sejatinya kita tidaklah lepas dengan sebuah masalah, tidaklah lepas dengan sebuah beban yang pada akhirnya menuntut kita untuk bergerak. Sekalipun orang itu berusaha untuk berdiam diri, pastilah ada satu dua hal yang harus membuatnya bergerak. Contohnya, Adi memilih untuk diam di rumah, tidak mau beranjak keluar karena saking malas dirinya–ini misal loh yaa, tidak ada maksud tertentu, hehe. Ia lebih memilih asyik bermain dengan gawainya ketimbang harus mengikuti temannya yang sedang melakukan bakti sosial di luar. Disela-sela keasyikannya, tiba-tiba ia ditelepon oleh pihak kampus untuk datang karena ada yang bermasalah dalam mata kuliahnya. Adi pun tersontak kaget, mau tidak mau, yang dalam dirinya ia merasa malas untuk keluar, ia harus keluar dan menuju ke kampus karena ada hal penting yang menuntutnya untuk pergi ke kampus. Nah, dari kasus demikian saja kita sudah dapat melihat, bahwa pada dasarnya dalam hidup kita penuh dengan gerak, sekalipun kita memutuskan untuk diam.
Akan tetapi, permasalahan disini adalah gerak seperti apa yang harus kita lakukan? Gerak semacam apa yang dapat dirasakan eksistensinya oleh orang lain? Nahh, disini-lah letak perbedaannya, perbedaan dalam pemilihan potensi dalam diri yang mempengaruhi gerak tersebut. Dalam diri kita terdapat dua potensi yang dapat mempengaruhi diri kita, terutama dalam bergerak. Potensi tersebut ialah kebaikan dan keburukan. Pada dasarnya fitrah kita sebagai manusia ialah bertindak untuk kebaikan, mencintai kebenaran dengan medianya yaitu hati nurani kita. Akan tetapi, kita sebagai manusia juga dibekali akal dan nafsu oleh Tuhan, sebagai pembeda antara kita dengan makhluk Tuhan yang lain. Namun, media akal dan nafsu memiliki potensi keburukan jika tidak diimbangi dengan hati nurani kita. Jika kita memaksimalkan potensi kebaikan dalam diri kita, menggunakan akal, nafsu dan hati nurani secara beriringan, maka buah dari potensi kebaikan tersebut ialah gerak yang bermanfaat. Tetapi jika sebaliknya, ketika akal, nafsu dan hati nurani tidak berjalan seimbang, maka potensi kebaikan akan tertutup dengan potensi keburukan, sehingga yang timbul adalah gerak yang biasa saja atau tidak bermanfaat sama sekali terhadap orang lain. Lagi-lagi pilihan tak luput dalam diri kita, sebagai makhluk yang memiliki akal, nafsu dan hati nurani.
Begitulah sejatinya kita dalam bergerak. Gerak langkah kaki, tangan, jiwa dan seluruh badan kita harus benar-benar atas dasar niat yang ikhlas dan memiliki nilai yang dapat dirasakan oleh orang lain. Tak ada yang sulit, jika kita sudah memiliki tekad dan mau untuk melaksanakan. Memang terkadang setan di dalam diri terus berusaha menghasut dengan logika-logika realistis-simplistis yang membuat kita terpedaya untuk tidak melakukan gerak yang bermanfaat tersebut. Oleh karena itu, tetap kita tanamkan niat kita secara dalam, hingga kuat dan meminta pertolongan kepada Sang Maha Penggerak tiap-tiap makhlukNya, karena sejatinya kita ini bukan bergerak namun digerakan. Digerakan dengan dihadapi oleh sebuah potensi. Potensi yang mengarah kepada kebermanfaatan atau kemudharatan. Oleh karena itu, kita harus senantiasa meminta pertolonganNya agar setiap gerak kita yang digerakkan olehNya selalu kepada arah kebaikan, bukan kemudharatan.
Jadi, teruslah bergerak karena kita adalah makhluk bergerak. Namun perlu diingat, bergerak merupakan sebuah kepastian, akan tetapi bermanfaat adalah sebuah pilihan. Semangat bergerak! Semangat menempuh kebermanfaatan! Semoga Tuhan senantiasa menguatkan. Wallahu a’lamu bish showab.
Daftar Pustaka
[1] Pransiska, Toni. 2016. Konsepsi Fitrah Manusia dalam Perspektif Islam dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam Kontemporer. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Jurnal Didaktika Vol. 17 (1): 1-17. https://www.researchgate.net. Diakses pada tanggal 31 Maret 2019, pukul 21.00 WIB.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
© DIVISI KOMINFO BEMP PAI 2019/2020
© BEMP Pendidikan Agama Islam 2019/2020
Komentar
Posting Komentar